10 A.M
Pak…
Hari
ini saya datang. Ditemani sinar matahari yang belum terik dan beberapa angin
yang kian berhembus lembut menerpa kulitku. Pak, maaf untuk waktu yang telah
berlalu ya. Hari ini saya baru percaya bahwa engkau sudah benar-benar pergi. Saya
kira engkau akan kembali setelah perjalanan panjang seperti biasanya. Tapi tadi,
namamu sudah terukir indah di atas tanah dengan kedalaman 2 meter. Nama yang
biasanya saya sebut sehari-hari, nama yang biasanya ditanyai petugas berwenang
ketika saya membuat dokumen negara serta nama yang biasanya Ibu teriaki ketika
sedang kesal.
Pak…
Apakah
tubuhmu disana masih utuh dan bugar? Saya melihat gerombolan semut tadi. Apakah
mereka menggerogoti tubuhmu yang biasanya ku peluk? Pak, saya tahu sekarang. Saya
takut akan kenyataan dan hari ini, benar saja. Mereka melempar saya sangat
kencang.rumah barumu kini berwarna putih gading ya, disini rumah kami sudah di
cat ulang menjadi merah bata. Saya baru mengunjungi rumah Bapak tadi, tapi saya
tidak bertemu Bapak. Apakah Bapak sedang asyik beristirahat di dalam? Kalau
iya, saya harap setidaknya Bapak merasakan kehadiran saya ya. Rumah Bapak tadi
sedikit kotor da nada beberapa rumput liar yang tumbuh. Saya bersihkan semuanya
dengan hati yang tersayat. Bapak sudah pindah rumah sejak 2 tahun lalu, tapi
saya baru bisa mengunjunginya hari ini. Rumah Bapak paling bagus di antara yang
lain, saya senang dan terharu.
Pak…
Ibu
bilang, kalau beliau ingin menanam tanaman kamboja di atas palang rumah Bapak. Bapak
tahu kan, kamboja yang sangat Ibu sayang itu. Iya, beliau mau taruh itu di
rumah Bapak. Katanya, biar Bapak tidak kepanasan. Sedikit kisah dari tanaman
kamboja milik Ibu, itu ia dapatkan entah dari mana saya lupa. Yang jelas,
tanaman itu sudah ada sejak saya kelas 4 SD. Tepat ketika baru pindah ke rumah
baru yang sekarang. Saat itu Bapak langsung pergi untuk pelatihan kerja,
mungkin Bapak juga tidak tahu. Ibu merawat tanaman itu dengan segenap hatinya
loh Pak. Ia selalu beri pupuk terbaik untuk kamboja tersebut. Ada satu waktu
ketika tanaman itu tidak pernah berbunga, lalu Ibu siram tiap hari dan
merawatnya secara telaten. Sekarang, tanaman itu malah subur terus berbunga. Bunganya
berwarna merah muda dengan corak putih yang elegan. Bapak pasti suka jika
mereka sudah berbunga dan sudah ada di rumah Bapak.
Pak…
Tadi
saya lihat, rumah Bapak tepat di samping rumah Nenek ya…
Uwak
bilang, Bapak sangat sayang Nenek sejak dulu. Tapi, Nenek pergi duluan ke
tempat yang lebih baik sejak Bapak masih kecil. Saya harap sekarang Bapak bisa
bertemu Nenek lagi ya, pasti Bapak rindu kan seperti saya sekarang...
Pak…
Tadi
saya sama adek duduk di pinggiran rumah Bapak lho. Kami bacakan lantunan ayat
suci seperti terakhir kali kami jumpa Bapak. Saya ingin nangis, tapi saya
tahan. Saya gak boleh sedih di rumah Bapak, nanti Bapak lihat. Kata orang, kupu-kupu
putih melambangkan roh orang yang sudah tiada. Tadi saya lihat itu di rumah
Bapak, bentuknya kecil dan berterbangan di sekitar saya. Apakah itu Bapak yang
berusaha mengcapkan salam?
Saya
kangen Bapak…
Saya
ingin peluk Bapak lagi, saya ingin cium tangan Bapak lagi. Saya ingin melihat
Bapak tidur di ruang tamu lagi dan menyambut saya ketika saya pulang. Sekarang sofa
ruang tamu terasa kosong Pak. Kadang Ibu duduk disitu, tapi hanya sekadar
bersantai dan tidak tidur seharian. Kamar tidur Bapak sekarang ditempati adik. Kata
Ibu, adik harus tidur sendiri karena sudah besar.
Pak…
Maaf
tadi saya belum bisa memberikan kabar baik apapun. Hidup saya masih seperti ini
saja, saya harap Bapak tidak kecewa ya. Nanti saya datang lagi ke rumah Bapak
dengan bunga, tadi kami tidak sempat beli karena tidak ada yang jual. Semoga Bapak
nyaman dirumah baru Bapak ya, saya yakin Tuhan memberikan Bapak tempat paling
nyaman disana.
Salam
rindu dari saya…