Senin, 08 Juni 2020

  Teruntuk cahaya yang sudah redup tetapi kehangatannya masih tetap ada,

            Ini untuk kamu.


 

Hey, Sudah lama ya tidak bersua. Terakhir kali kita bertemu beberapa tahun yang lalu dengan air mata dan lantunan ayat suci. Saya penasaran bagaimana kabar kamu disana, apakah kamu mendapatkan bahagiamu? Apakah mereka memperlakukanmu dengan baik disana? Apakah kamu masih merasakan sakit seperti saat bersama kami disini? Aku harap tidak. Sebenarnya, masih banyak sekali apakah yang ingin saya tanyakan, tetapi saya hanya bias menuliskan tiga.

Hey, disini sedang ada wabah besar-besaran. Seluruh dunia terkena dampaknya. Orang kaya, orang miskin, bahkan orang kecil seperti kami disini. Perusahaan mulai gulung tikar, para pekerja banyak yang diberentikan sepihak, bahkan pemerintahan mulai goyah. Saya tidak menyangka 2020 akan berjalan seperti ini. Ralat, bukan saya saja. Tetapi memang semua orang tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi. Saya membayangkan jika kamu masih tetap disini bersama kami, mungkin penderitaanmu melebihi kami karena kamu tidak bias tetap diam dirumah.

Hey, saya disini tumbuh dengan baik seperti biasanya. Tetapi, kadang saya merasa lelah. Saya capek. Jika kamu bertanya, saya capek akan hidup saya. Akan semua yang terjadi kepada saya dan kami. Semuanya berjalan lambat dan seolah-olah bom waktu sedang menunggu untuk meledak. Saya lelah. Kami disini semua lelah, tetapi kami harus bertahan, bertahan merupakan suatu keharusan untuk kami bukan?

Hey, hidup ini kejam ya? Haha. Well, saya sudah menyadari itu sejak dulu, bahkan sejak kamu masih disini. Penderitaan atau tekanan sepertinya sudah menjadi makanan sehari-hari. Tetapi, kali ini kenapa sangat berat ya untuk dijalani? Berkali-kali saya dan kami menarik nafas berat dan tercekat. Air mata kami sudah mongering disini dan tidak bisa lagi untuk turun. Kami sudah terlalu lelah untuk menangis. Dadaku sudah sering sesak dan berkali-kali banyak sekali pikiran untuk menyerah. Saya muak bertahan terus.

Hey, kamu tahu apa yang menyedihkan dari saya? Saya menganggap diri saya dan hidup saya sendiri sudah gagal. Kata-kata motivasi tidak menolong, tahu. Semua akan indah pada waktunya hanyalah omong kosong.maaf saya tumbuh seperti ini. Psikis saya memburuk, semua hal terlihat buruk untuk saya. Saya lupa warna pelangi karena semuanya terlihat buram dan abu-abu disini. Secercah harapan saya hanya ada pada Tuhan. Saya masih punya kepercayaan, mungkin itu yang masih membuat saya bertahan.

Hey, saya kehilangan pekerjaan tahun kemarin. Lalu setelah itu, banyak perusahaan yang menolak saya. Disitu harapan saya musnah. Anxiety saya membesar dan harapan saya hilang. Beberapa perusahaan mementingkan tingginya pendidikan yang kita ambil, apalah saya yang hanya lulusan biasa dan tidak melanjutkan pendidikannya. Banyak yang bertanya, kenapa saya tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka tidak tahu kalau belajar perlu uang. Mereka tidak tahu, seberapa kerasnya kita bekerja uang itu tidak pernah cukup. Mereka tidak pernah tahu dan tidak akan tahu, seberapa iritnya pengeluaran kita pemasukan itu tidak akan cukup. Karena mereka hanya tahu caranya bertanya tanpa memikirkan perasaan orang lain. Hey, ijinkan aku bertanya kepadamu. Apakah kamu tahu cara membungkam mulut mereka? Saya lelah menjelaskan. Saya lelah di hakimi. Saya lelah ditanya demikian. Hey, saya lelah…

Sebenarnya, masih banyak yang terjadi selama kamu tidak ada. Seperti yang saya bilang, semuanya sangat cepat tetapi seolah-olah seperti bom waktu yang tinggal menunggu untuk meledak. Saya berkata saya lelah bukan berarti berhenti merupakan jalan terbaik untuk di tempuh.

Hey, saya rindu kamu. Rindu apapun tentang kamu, tentang kita semua. Banyak yang berubah sejak kamu pergi, entah itu hal kecil maupun besar. Biasanya kamu akan ada disana walaupun hanya untuk mendengarkan. Saya rindu waktu kita besama, bahkan saya rindu waktu sulit yang kita jalani. Kamu menyukai gule kambing di perempatan itu bukan? Setiap saya pulang kerja, kamu pasti meminta untuk mampir dan makan sejenak. Saya dulu benci itu, tapi ketika kamu sudah tidak ada saya malah merindukannya. Kamu suka merokok saat mengendarai, saya yang terkena asapnya. Kamu suka makanan ringan dan rokok. Saya suka membelikannya walaupun terpaksa. Apakah kamu ingat selalu menjemput saya dulu? Waktu itu hujan, setelah seteguk kopi kita pulang menembusnya. Atau, apakah kamu ingat saat saya melamar kerja pada perusahaan A? Selepas jam pulang kita terhadang oleh hujan. Kamu memakai jas hujan, saya tidak. Sepanjang jalan yang jauh kita hanya diam tidak berbicara, membiarkan dinginnya hujan menembus tulang sebelum pagi harinya selepas subuh kita pergi berikhtiar.

Saya sangat merindukan hal-hal kecil itu. Senyummu, tawamu. Bahkan hal-hal yang sangat kecil seperti kamu yang selalu tertidur di sofa ruang tamu. Kamu dulu senang sekali menulis ya? Tulisanmu juga bagus. Saya ingat selepas pertama belajar menggambar doodle, kamu melihatnya dan meminta untuk menggambarkan satu. Saya buatkan tetapi tidak terlalu bagus. Tapi kamu sangat senang akan itu, sehingga kamu taruh menjadi alas tulismu. Hati saya saat ini mencelos, saya baru menyadari betapa saya rindu kamu.

Dulu kamu besar, gagah dan berani. Kamu orang yang paling saya kagumi dan hormati karena saya pikir, tidak ada yang berani pada saya jika saya bersamamu. Tapi waktu jahat ya? Waktu memakan badan dan keberanianmu. Dia memakan semangatmu bahkan semua mimpi-mimpimu. Waktu menghabiskan semuanya dan menyisakan raga yang tak berdaya. Kamu jadi pendiam tetapi masih suka berontak. Maaf dunia terasa sangat tidak adil ya untuk kamu. Maaf juga saya sempat ikut menghakimi kamu saat itu. Saya sempat bertanya-tanya kenapa kamu suka sekali melamun di kursi favoritmu, kenapa matamu sering kosong dan kamu tidak pernah mau makan sesuatu. Sekarang saya tahu jawabannya. Saya mengerti, maaf ya baru menyadarinya.

Hey…

Terimakasih ya untuk semua waktu yang sudah kamu jalani bersama saya dan kami. Entah itu waktu yang baik atau buruk sekalipun. Terimakasih telah menjadi cahaya di gelap yang tak berujung. Terimakasih telah selalu kuat dan memberikan yang terbaik yang kamu bisa. Untuk semua pelajaran hidup, tawa dan airmata. Untuk hal-hal yang hanya kamu bisa bagi dengan kami, terimakasih untuk semuanya. Andai saya bisa memutar waktu, saya pasti akan memilih untuk bertemu kamu dan mengulang hari yang sudah usai. Meniti kenangan baru dengan kamu yang dulu. Tapi saya tahu itu mustahil, maka dari itu yang tersisa hanya rasa rindu dan penyesalan.

Hey…

Terimakasih untuk kamu yang tidak pernah mengeluh. Pasti hidupmu lebih hancur dari saya, tapi kamu tidak pernah berpikir untuk menyerah. Pasti hatimu lebih hancur dari saya, tapi kamu tetap tegar. Pasti hatimu takut juga, pasti hatimu juga penuh lubang, pasti juga depresi selalu mengancammu. Tapi kamu tidak pernah memperlihatkannya dan memilih untuk diam. Maaf ya, saya sudah membiarkanmu berjuang sendirian.

Hey…

Banyak hal-hal negatif yang saya pikirkan tentangmu dan saya minta maaf sekali akan itu. Mulut saya selalu bergetar ketika lantunan ayat suci mengalir dari sana. Di perpisahan kita, kamu tidak membuka matamu ya? Kamu terpejam hingga nafasmu tercekat dan lagi-lagi waktu berjalan sangat cepat saat itu. Tiada pesan terakhir atau sebuah senyuman, tiada kata perpisahan yang pantas terucap kala itu. Hingga aku mengantarmu ke rumah barumu. Dalamnya 2M, tidak terlalu luas bukan? Maaf ya, kamu harus merasa nyaman disana karena ada Tuhan yang menjagamu.

Untuk papa,,,

Papa adalah cinta pertamaku. Super hero favoritku  dan lelaki impianku. Sayang waktu berkehendak lain. Kata waktu, Tuhan lebih menyayangimu dibanding kami disini. Waktu bilang, tempatmu lebih nyaman bersama Tuhan dibanding di rumah kami yang hangat. Papa, saya akan tumbuh baik-baik saja disini. Saya tidak janji tetapi akan berusaha. Hangatmu masih ada disini meskipun cahayamu sudah redup. Saya sayang papa.


Vas Happenin? . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates